Alhamdulillah, edisi ini sangat special. Betapa tidak, makalah-makalah utama berasal dari Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jawa Timur. Maka menjadi kebahagiaan bagi kami jika majalah al-Umm menjadi penyambung lidah para ulama dalam membentengi akidah umat, khususnya di era yang penuh dengan penyebaran fitnah, syubhat, dan syahwat.
Kita dihebohkan oleh maraknya tokoh politik mengusung salam lintas agama.
Kita diresahkan oleh beberapa pakar dan pemikir yang berusaha mencari-cari dalil dalam al-Quran dalam rangka mendukung orang non-muslim yang merayakan agama mereka dengan atas nama mengucapkan selamat berhari raya Natal, misalnya.
Pikiran kita disibukkan oleh maraknya oknum santri dan ulama yang mengkampanyekan dan mempraktekkan shalawat Nabi dengan Haleluya di dalam gereja.
Walhasil, lanjutan dari serangan brutal sekularisme terus bertubi-tubi.
Namun Alhamdulillah, hamba Allah yang tulus masih banyak. Mereka berjuang menjelaskan kebenaran dan mengungkap kebatilan. Di saat ada orang menebar virus syubhat “alah, itu kan hanya ucapan, tidak perlu diributkan,” maka banyak ulama mengigatkan kembali untuk tidak mengumbar lisan, tanpa bimbingan agama.
Rasulullah saw berkata kepada Muadz bin jabal: “Maukah kamu aku beritahu tentang penguat itu semua?” Muadz menjawab: “Tentu, wahai Rasulallah.” Lalu Nabi ﷺ memegangi lidahnya lalu berkata: “Jaga lisanmu ini!” Lalu di akhir hadits Nabi ﷺ menegaskan: “Tidaklah manusia diseret secara tertelungkup di atas wajahnya atau hidungnya kecuali karena hasil ucapannya.” (HR. Turmudzi, hadits hasan shahih)
Semoga majalah al-Umm telah menunaikan kewajibannya. [*]
Be the first to comment on "Salam Lintas Agama & Radikalisme"