oleh : Ustadz Agus Hasan Bashori Lc., M.Ag.

Ahmad ibn Harb al-Mushili (meriwayatkan dari Yazid bin Harun dan ibnu Uyainan, w. 266 H)

Ahmad ibn Harb, apabila ia duduk di hadapan hajjam (tukang bekam) untuk menipiskan kumisnya ia bertasbih. Maka hajjam berkata kepadanya: “Diamlah sesaat!” Maka ia menjawab: “Sudah, kerjakan saja tugasmu.” (as-Siyar, 11/33)

 

Abu Salim Mahan al-Hanafi al-Kufi (seorang tabi’in sahabat Khalifah Ali , meriwayatkan dari Ummu Salamah, dibunuh oleh Hajjaj)
Mahan berkata:

«أَمَا يَسْتَحْيِ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ دَابَّتُهُ الَّتِي يَرْكَبُ، وَثَوْبُهُ الَّذِي يَلْبَسُ أَكْثَرَ لِلَّهِ مِنْهُ ذِكْرًا»

“Tidakkah salah seorang kamu malu bila hewan yang ia tunggangi dan baju yang ia pakai lebih banyak dzikirnya dari padanya? Maka ia tidak pernah bosan dari takbir dan tahlil.” (Mushannaf ibn Abi Syaibah, 7/156)
Muadzin Bani Hanifah bercerita: saya melihat Mahan al-Hanafi sedang diperintahkan al-Hajjaj untuk disalib di pintunya. Saya melihatnya dia ada di atas kayu (tersalib) dan dia terus berdzikir: bertasbih, bertakbir, bertahlil dan bertahmid hingga sampai hitungan 29, sambil menghitung dzikirnya dengan jarinya. Dia dibunuh dalam keadaan seperti itu. Dua puluh sembilan hari setelah itu, di tempatnya keluar cahaya di waktu malam. (Mushannaf ibn Abi Syaibah: 2/161)

Shilah ibn Asyyam al-Adawi (Abu al-Shahba`, tabi’i tsiqah)

Shilah ibn Usyaim berkata:

مَا أَدْرِيْ بِأَيِّ يَوْمِيْ أَنَا أَشَدُّ فَرَحًا، يَوْمًا أُبَاكِرُ فِيْهِ إِلَى ذِكْرِ اللهِ أَوْ يَوْمًا خَرَجْتُ فِيْهِ لِبَعْضِ حَاجَتِيْ فَعَرَضَ لِي ذِكْرُ اللهِ.

“Demi Allah, aku tidak tahu dengan hariku yang mana aku lebih berbahagia: dengan hari yang aku di pagi buta sudah berdzikir kepada Allah, ataukah dengan hari yang aku keluar untuk keperluanku lalu datang kepadaku kesempatan dzikir kepada Allah.” (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 7/223; Thabaqat ibn Saad, 7/135)

Artikel pernah dimuat di Majalah al Umm Edisi 1 Th. 1